Berikut ini yaitu berkas buku Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk Sekolah Menengan Atas Tahun 2017. Download file PDF. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas ini ialah naskah pendukung implementasi Kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemdikbud RI.
Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Berikut ini kutipan teks dari isi berkas Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS):
sepertiyang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan KebuKurikulum 2013 dikembangkan untuk mempersiapkan penerima didik semoga mempunyai kemampuan hidup sebagai pribadi dan masyarakat negara yang diberiman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta bisa berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Proses penerapannya dilakukan secara sedikit demi sedikit dan berkesinambungan semenjak tahun pelajaran 2013/2014 semoga terjadi penguatan dan peningkatan mutu di sekolah. Pada tahun pelajaran 2018/2019 seluruh satuan pendidikan diprogramkan sudah menerapkan Kurikulum 2013.
Kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam implementasi Kurikulum 2013 yaitu mempersembahkan petes dan pendampingan bagi guru dari sekolah yang akan melaksanakan Kurikulum 2013, dan menyebarkan naskah pendukung implementasi Kurikulum 2013 untuk Kepala Sekolah dan Guru. Melaksanakan kebijakan tersebut, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengan Atas pada tahun 2016 dan 2017 sudah menyebarkan naskah-naskah pendukung implementasi Kurikulum 2013 berupa pedoman, panduan, model, dan modul sebagai referensi bagi Kepala Sekolah dan Guru dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dan penilaian.
Naskah pendukung implementasi Kurikulum 2013 tersebut dalam penerapannya sanggup diimprovisasi, diinovasi dan dikembangkan lebih lanjut sepanjang tidak berperihalan dengan ketentuan yang berlaku. Oleh sebab itu Kepala Sekolah dan Guru dituntut kritis, kreatif, inovatif, dan adaptif untuk dalam memakai naskah tersebut. Semoga naskah ini sanggup menginspirasi Kepala Sekolah dan Guru untuk mempersembahkan yang terbaik bagi peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengan Atas melalui Kurikulum 2013.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun pelajaran 2013/2014 sudah tetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA. Selanjutnya pada tahun pelajaran 2014/2015, Kurikulum 2013 dilaksanakan diseluruh Sekolah Menengan Atas pada kelas X dan XI. Pada tahun 2014 dengan mempertimbangkan masih adanya beberapa hambatan teknis, maka menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 dilakukan penataan kembali implementasi Kurikulum 2013. Berdasarkan Permendikbud tersebut, Kurikulum 2013 diterapkan secara sedikit demi sedikit di satuan pendidikan mulai semester genap tahun pelajaran 2014/2015 hingga dengan tahun pelajaran 2018/2019.
Melaksanakan implementasi Kurikulum 2013, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah memprogramkan kegiatan petes dan pendampingan bagi Guru dari sekolah yang akan melaksanakan Kurikulum 2013. Mendukung kebijakan tersebut, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengan Atas sesuai dengan kiprah dan fungsinya melaksanakan fasilitasi pelatihan implementasi Kurikulum 2013 melalui pengembangan naskah pendukung implementasi Kurikulum 2013 berupa modul petes, pedoman, panduan, dan model- model yang sudah dikembangkan pada tahun 2016 dan tahun 2017. Naskah-naskah tersebut antara lain : (1) Model-Model Pembelajaran; (2) Model Pengembangan RPP; (3) Model Peminatan dan Lintas Minat; (4) Panduan Supervisi Akademik; (5) Panduan Pengembangan Pembelajaran Aktif; (6) Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) Di SMA; (7) Panduan Pengembangan Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM); (8) Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas; (9) Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS); dan (10) Panduan Sukses E-Rapor Sekolah Menengan Atas Versi 2017.
Daftar Isi pada Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) ini, antara lain:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Penlampauan
A. Rasional
B. Bahan Bacaan
C. Tujuan
D. Hasil yang Diharapkan
E. Fokus Modul
Materi Pokok 1
Pengertian Dan Konsep Soal HOTS
A. Pengertian
B. Karakteristik
C. Level Kognitif
D. Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS
Materi Pokok 2
Peran Soal HOTS dalam Penilaian
A. Penilaian
B. Peran Soal HOTS dalam Penilaian
Materi Pokok 3
Strategi dan Implementasi Penyusunan Soal HOTS
A. Strategi
B. Implementasi
Penugasan dan Refleksi
A. Penugasan
B. Refleksi
Penlampauan
Modul ini terdiri atas 3 (tiga) materi pokok yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan guru dalam penyusunan soal-soal HOTS. Penyajian materi pada modul ini diawali dengan pemaparan serius dan uraian materi pada masing-masing materi pokok. Sedangkan pada kepingan final modul dilengkapi dengan penugasan dan refleksi.
Materi-materi pokok dalam modul ini yaitu sebagai diberikut :
- Materi Pokok 1: Pengertian dan Konsep Soal HOTS
- Materi Pokok 2: Peran Soal HOTS dalam Penilaian
- Materi Pokok 3: Strategi dan Implementasi Penyusunan Soal HOTS
Rasional
Permendikbud No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah pada lampiran I menyatakan bahwa salah satu dasar penyempurnaan kurikulum yaitu adanya tantangan internal dan eksternal. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan banyak sekali warta yang terkait dengan problem lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif, budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.
Terkait dengan warta perkembangan pendidikan di tingkat internasional, Kurikulum 2013 dirancang dengan banyak sekali penyempurnaan. Penyempurnaan antara lain dilakukan pada standar isi yaitu mengurangi materi yang tidak relevan serta pendalaman dan ekspansi materi yang relevan bagi penerima didik serta diperkaya dengan kebutuhan penerima didik untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional. Penyempurnaan lainnya juga dilakukan pada standar penilaian, dengan mengadaptasi secara sedikit demi sedikit model-model penilaian standar internasional. Penilaian hasil berguru diharapkan sanggup memmenolong penerima didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS), sebab berpikir tingkat tinggi sanggup mendorong penerima didik untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.
Berdasarkan hasil studi internasional Programme for International Student Assessment (PISA) mengatakan prestasi literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai penerima didik Indonesia sangat rendah. Pada umumnya kemampuan penerima didik Indonesia sangat rendah dalam: (1) memahami informasi yang kompleks; (2) teori, analisis, dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, mekanisme dan pemecahan masalah; dan (4) melaksanakan investigasi.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, maka perlu adanya perubahan sistem dalam pembelajaran dan penilaian.Penilaian yang dikembangkan oleh guru diharapkan sanggup mendorong peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan kreativitas, dan membangun kemandirian penerima didik untuk menuntaskan masalah. Oleh sebab itu Direktorat Pembinaan Sekolah Menengan Atas menyusun Modul Penyusunan Soal HOTS bagi guru SMA.
Bahan Bacaan
Anda diwajibkan untuk membaca Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang berkaitan dengan Standar Penilaian dan Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan beserta lampiran-lampirannya.
Selain itu Anda diwajibkan menguasai naskah-naskah yang diterbitkan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengan Atas antara lain:
- Modul Pengembangan Butir Soal dan Analisis Butir Soal;
- Modul Pembinaan Pasca EHB sesuai mata pelajaran yang diampu;
- Panduan Penilaian di SMA.
Tujuan
Modul penyusunan soal HOTSuntuk penilaiandisusun dengan tujuan sebagai diberikut.
- Memdiberikan pemahaman kepada guru Sekolah Menengan Atas tentang konsep penyusunan soal HOTS;
- Mengembangkan keterampilan guru Sekolah Menengan Atas untuk menyusun butir soal HOTS;
- Memdiberikan pedoman bagi pengambil kebijakan baik di tingkat sentra dan tempat untuk melaksanakan pelatihan dan sosialisasi tentang penyusunan soal HOTS.
Hasil Yang Diharapkan
Sesuai dengan tujuan penyusunan modul di atas, maka hasil yang diharapkan yaitu sebagai diberikut:
- Meningkatnya pemahaman guru Sekolah Menengan Atas tentang konsep penyusunan soal HOTS;
- Meningkatnya keterampilan guru Sekolah Menengan Atas untuk menyusun butir soal HOTS;
- Terorganisirnya pola pelatihan dan sosialisasi tentang penyusunan soal HOTS.
Fokus Modul
Modul ini terdiri atas 3 (tiga) materi pokok yang masing-masing mengulas materi yang saling berkaitan satu sama lain, terdiri atas:
1. Materi Pokok 1: Pengertian dan Konsep Soal HOTS
1. Materi Pokok 1: Pengertian dan Konsep Soal HOTS
Bagian ini mengulas tentang pengertian dan konsep soal HOTS, karakteristik soal-soal HOTS yang ialah ciri khas soal HOTS dengan soal-soal bukan HOTS, level kognitif, dan langkah- langkah menyusun soal HOTS. Selain itu, pada kepingan ini juga dipaparkan tentang bentuk- bentuk soal HOTS.
2. Materi Pokok 2: Peran Soal HOTS dalam Penilaian
Bagian ini mengulas tentang kiprah soal HOTS dalam Penilaian disekolah, terkait dengan upaya penyiapan kompetensi yang dibutuhkan penerima didik menyongsong kala ke-21. Membangun kemampuan berpikir kreatif, inovatif, kritis, dan toleran serta kemampuan pemecahan problem ialah kompetensi esensial yang sanggup dilatih berbasis pembelajaran dan penilaian kelas. Peran soal HOTS lainnya dalam penilaianadalah meningkatkan mutu penilaian, membangun rasa cinta dan peduli penerima didik terhadap kemajuan daerahnya, serta sanggup memotivasi siswa berguru sebagai bekal terjun ke masyarakat.
3. Materi Pokok 3: Strategi dan Implementasi Penyusunan Soal HOTS
Pada kepingan ini mengulas tentang Strategi dan Implementasi Penyusunan Soal HOTS, dimulai dari kebijakan di tingkat sentra (Direktorat Pembinaan SMA), dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota, hingga pada implementasinya pada tingkat satuan pendidikan. Semua komponen harus terlibat secara aktif untuk ikut ambil kepingan dalam melaksanakan kebijakan tentang penilaian hasil berguru memakai soal-soal yang HOTS dalam Penilaian.
Pengertian
Soal-soal HOTS ialah instrumen pengukuran yang dipakai untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melaksanakan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari banyak sekali informasi yang tidak sama-beda, 4) memakai informasi untuk menuntaskan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih susah daripada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja.Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang tidak sama, menginterpretasikan, memecahkan problem (problem solving), menentukan seni administrasi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang sudah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO.Sebagai tumpuan kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan dilampaui dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus kemudian penerima didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun seni administrasi pemecahan problem baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang dibutuhkan untuk menjawaban pertanyaan yang didiberikan.
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya memakai stimulus.Stimulus ialah dasar untuk membuat pertanyaan.Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarikdanunik.Stimulus sanggup bersumber dari isu-isu global ibarat problem teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Stimulus juga sanggup diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan ibarat budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau banyak sekali keunggulan yang terdapat di tempat tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang dipakai dalam penulisan soal HOTS.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja.Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang tidak sama, menginterpretasikan, memecahkan problem (problem solving), menentukan seni administrasi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang sudah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO.Sebagai tumpuan kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan dilampaui dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus kemudian penerima didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun seni administrasi pemecahan problem baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang dibutuhkan untuk menjawaban pertanyaan yang didiberikan.
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya memakai stimulus.Stimulus ialah dasar untuk membuat pertanyaan.Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarikdanunik.Stimulus sanggup bersumber dari isu-isu global ibarat problem teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Stimulus juga sanggup diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan ibarat budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau banyak sekali keunggulan yang terdapat di tempat tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang dipakai dalam penulisan soal HOTS.
Karakteristik
Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk dipakai pada banyak sekali bentuk penilaian kelas. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan, diberikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi ialah proses: menganalisis, merefleksi, mempersembahkan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi tidak sama, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang.melaluiataubersamaini demikian, jawabanan soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan problem (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).Kemampuan berpikir tingkat tinggi ialah salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap penerima didik.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan problem (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).Kemampuan berpikir tingkat tinggi ialah salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap penerima didik.
Kreativitas menuntaskan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:
a. kemampuan menuntaskan permasalahan yang tidak familiar; b. kemampuan mengevaluasi seni administrasi yang dipakai untuk menuntaskan problem dari banyak sekali sudut pandang yang tidak sama; c. menemukan model-model penyelesaian gres yang tidak sama dengan cara-cara sebelumnya.
‘Difficulty’ is NOT same as higher order thinking. Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin mempunyai tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawaban permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills.melaluiataubersamaini demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi sanggup dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu semoga penerima didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga mempersembahkan ruang kepada penerima didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran sanggup mendorong penerima didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi sanggup dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu semoga penerima didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga mempersembahkan ruang kepada penerima didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran sanggup mendorong penerima didik untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
2. Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS ialah asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana penerima didik diharapkan sanggup menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menuntaskan masalah.Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia ketika ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam banyak sekali aspek kehidupan.Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan penerima didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menuntaskan permasalahan dalam konteks nyata.
Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
a. Relating, asesmen terkait pribadi dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, asesmen yang menuntut kemampuan penerima didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menuntaskan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan penerima didik untuk bisa mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan penerima didik untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
c. Applying, asesmen yang menuntut kemampuan penerima didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menuntaskan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan penerima didik untuk bisa mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan penerima didik untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, yaitu sebagai diberikut.
a. Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar menentukan jawabanan yang tersedia;
b. Tugas-tugas ialah tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c. Tugas-tugas yang didiberikan tidak spesialuntuk mempunyai satu jawabanan tertentu yang benar, tetapi memungkinkan banyak jawabanan benar atau tiruana jawabanan benar.
Download Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Selengkapnya terkena susunan dan isi berkas Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:
Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Download File:
Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) Sekolah Menengan Atas - 2017.pdf
Sumber: http://psma.kemdikbud.go.id
Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (Hots)
Reviewed by informasi populer
on
Juli 28, 2017
Rating: